Beberapa
waktu yang lalu, aku sempat ngintip sekalian nimbrung latihan menembak
yang dilakukan komunitas menembak dan security BI latihan bersama di
Lembaga Pendidikan Kepolisisan Lido-Bogor. Program latihan ini rutin
dilakukan, minimal 2 kali dalam setahun. Tempat latihannya selalu
berpindah, nggak hanya ditempat ini. Pernah di Detasemen Pelopor Brimob
Kedung Halang, Lapangan Tembak Senayan dan Markas Brimob Kelapa Dua.
Menurut
informasi, petugas pengamanan BI dalam tugas sehari-harinya dilengkapi
dengan senjata api maka latihan menembak mesti rutin dilakukan, kalau
tidak ketrampilannya akan luntur. Pemahaman, kemahiran, keterampilan
yang satu ini amatlah penting. Sebab dalam menggunakan senjata harus
dengan konsentrasi yang tinggi, tidak emosional dan fokus. Latihan rutin wajib dijalankan, karena dalam tugas berada ditengah orang awam yang keselamatannya sangat diutamakan.
Begitu
juga dengan komunitas menembaknya, mereka kerap ikut gabung latihan
bersama. Untuk menghemat biaya sewa lapangan dan menghindari antrean
peminat latihan menembak yang membludak saat ini.
Dalam
istilah latihan menembak digunakan istilah “TABIAT”, yaitu tahan nafas,
bidik dan tembak.
Gerakan nafas saat kita melakukan penembakan harus
terkontrol, caranya rutin melakukan latihan pernafasan, sehingga
perkenaannya tepat sasaran. Menarik picunya pun harus ditekan lembut
bukan dihentak, agar arah laras lurus kedepan bukan kebawah. Setenang
apapun nafas kita, seakurat apapun bidikan kita kalau kita kasar dalam
menarik picu senjata, pasti menghasilkan sasaran tembak yang kurang
sempurna.
Latihan
diikuti komunitas menembak BI, anggota security juga unsur pimpinan
dilibatkan. Kelihatan bahwa ini bukan latihan pemula karena hampir
seluruh pesertanya sudah mahir menembak. Latihan ini hanya sebagai refreshing dan upgrading
menggunakan senjata api.
Senjata yang digunakan adalah revolver kaliber
38. Sedangkan senjata api inventaris yang dipergunakan hanya beberapa
pucuk, yaitu revolver kaliber 32. Tidak hanya sekedar dipergunakan
menembak terhadap senjata inventaris juga dilakukan zeroing. Yaitu setting terhadap perkenaan senjata, agar perkenaannya fokus dan tepat sasaran
Sebelum
latihan dimulai, peserta melakukan doa bersama memohon keselamatan
karena dalam latihan ini resikonya sangat besar. Instruktur dari Brimob
tak henti-hentinya mengingatkan kehati-hatian peserta akan keselamatan
dalam menggunakan senjat api. Aman kiri… aman kanan…. demikian
instruksinya.
Pada
latihan itu dilakukan dua jenis cara menembak yaitu tembak target dan
tembak reaksi. Tembak target adalah melakukan penembakan dengan
mengarahkan senjata kesasaran menggunakan posisi berdiri ditempat,
menghadap kedepan menggunakan dua tangan dan satu tangan, dengan jarak
sasaran 15 dan 25 meter.
Sedangkan tembak reaksi adalah melakukan
penembakan dengan posisi petembak bergerak bahkan sambil berlari. Dalam
menembak reaksi ini diperlukan fisik yang benar-benar prima, terutama
dalam mengatur ritme pernafanan. Jika membidik jantung ya kena jantung ,
bukan kena kaki. Oleh karenanya gerakan nafas sangat mempengaruhi hasil
perkenaan.
Untuk
menjadi petembak yang baik, selain latihan rutin diperlukan juga olah
raga rasa dalam pengendalian emosi guna meningkatkan konsentrasi dan
teknik tembakan, sehingga mengasilkan hasil terbaik.